Rabu, 06 Agustus 2014

 

Ikhlas, Maaf dan Memaafkan

       IKHLAS adalah menerima kekurangan yang ada di dalam diri dan bekerja dengan keunggulan yang ada di dalam diri. Ikhlas adalah menerima suatu kekuatan di dalam diri dan memaksimalkan kelebihan yang dimiliki. Ikhlas adalah tegas dan bukan lemah.

        Ikhlas adalah memeluk hasil akhir dan menerimanya seraya meyakini inilah yang terbaik bagi dirinya dan inilah yang telah ditentukan oleh Allah swt. Dengan memeluk keikhlasan, maka semua bentuk keinginan akan terkendali. Kolam kehidupan yang keruh akibat keinginan dan keserakahan akan menjadi jernih setelah dibersihkan oleh keikhlasan. Ikhlas membuat bunga-bunga keindahan hidup berkembang.
      Kalau keseharian sudah diisi dengan keikhlasan, yang ada hanya keindahan dan kesempurnaan dalam hidup. Apakah ada hubungan ikhlas dan maaf memaafkan? Memaafkan itu memang berat sekali. Bagaimana tidak, setelah hati kita tersakiti oleh perkataan atau perbuatan seseorang, kemudian kita diminta untuk memaafkan, tentu kita sulit sekali melupakan perbuatannya dan sulit memaafkannya. Ini bukan suatu hal yang mudah. Butuh tenaga untuk memaafkan kesalahan orang yang telah menyakiti hati kita. Butuh keikhlasan. Tetapi, justru, dengan memaafkan kita menjadi manusia bebas, manusia yang tak terbelenggu dengan perasaan marah terus menerus.
      Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya, apakah ia berada di pihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak memaafkan , niscaya tidak akan mendatangi telagaku di akhirat“ (HR. Al-Hakim).
Nabi saw. juga bersabda “Barangsiapa yang tidak mau memberi ampun kepada orang, maka ia tidak akan diberi ampun“ (HR Ahmad dari Jabir bin Abdullah ra).
       Hati orang pemaaf itu tenang sekali. Hatinya akan terus lapang, karena tidak ada kemarahan yang tersisa dan tersimpan di dalam hatinya. Orang pemaaf itu adalah manusia yang bebas sesungguhnya.
Tidak ada ganjalan di dalam hati. Orang pemaaf itu jiwanya ringan dan tidak ada beban. Orang yang suka memaafkan itu akan mudah dimaafkan orang.
Rasulullah bersabda “Barangsiapa memaafkan, saat dia mampu membalas, maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan“ (HR Ath-Thabrani).
Memaafkan itu juga menyembuhkan diri kita.
(Sumber: Ustaz Ayang Utriza Yakin, PhD, belajar Islam lebih dari 20 thn di Pesantren: Ngabar, Kwagean, Tebu Ireng; kampus: UIN Jakarta, Al-Azhar Kairo, EHESS Paris, Oxford & Har)

0 komentar:

Posting Komentar